I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan kehadirannya
tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan.
Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah herba, tanaman liar atau
tumbuhan pengganggu. Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di
lahan pasang surut. Gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan
unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga
menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta
menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat
dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma
yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan,
jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah
gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang
tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara
umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun
pita, (ii) golongan teki, dan golongan berdaun lebar.
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari
bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada tahun 1882 De Condole memasukkan
tanaman ini ke daftar tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini menyebar ke
seluruh dunia terutama di daerah tropika. Tanaman mentimun merupakan komoditas
sayuran yang mulai memasuki pasaran ekspor, sebagai sayuran dalam bentuk buah
segar. Permintaan mentimun di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat
khususnya pada wilayah kita yaitu kota Sangatta oleh karena itu, perlu
dilakuakan peningkatan budidaya tanaman mentimun guna untuk memenuhi kebutuhan
pasar kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sulitnya
membudidayakan tanaman timun oleh seorang petani sehingga ketersediaan timun
dipasar kita akan berkiurang.
2. Apakah
tanaman timun yang bergulma lebih baik atau yang bebas dari gulma.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui teknik budidaya tanaman timun
2. Mahasiswa
dapat mengetahui perbandingan antara tanaman yang bergulma dan bebas gulma.
1.4 Manfaat
1. Menambah
wawasan mahasiswa tentang teknik membudidayakan timun
2. Mahasiswa
mengetahui pertumbuhan tanaman bergulma dan bebas gulma
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar
Teori
Gulma
adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya
tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia
(Mangoensoekarjo 1983). Pengertian gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak
sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negative
(Johnny, Martin. 2006). Ada beberapa jenis gulma berdasarkan respon herbisida,
termasuk gulma rumput. Rumputy mempunyai batang bulat atau pipih berongga.
Kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit. Tetapi dari
sudut pengendaliannya terutama responnya terhadap herbisida berbeda.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan gulma rumput semusim (annual) dan
tahunan (parennial). Rumput semusim tumbuh melimpah, tetapi kurang menimbulkan
masalah dibandingkan gulma rumput tahunan.
Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya
Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya
Mentimun berasal dari
bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada tahun 1882 De Condole memasukkan
tanaman ini kedalam daftar tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini
menyebar keseluruh dunia teruutama didaerah tropika (Sumpena, 2001). Dalam 100
g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30
mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin
0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan
0,2 IU vitamin B2 (Sumpena 2001).
Dari kandungan mineral
yang terdapat didalam buah mentimun maka mentimun banyak di konsumsi ataupun
dijadikan bahan baku industri. Buah mentimun disajikan dalam bentuk olahan
segar seperti acar, asinan, kimchi, salad dan lalap. Mentimun dapat pula
dikonsumsi sebagai minuman segar, berupa jus mentimun yang diminum secara rutin
setiap 2 hari sekali berkhasiat untuk menghaluskan kulit, menjaga kerusakan
kulit dari sengatan sinar matahari, dan dapat pula menurunkan panas dalam.
Bahkan mentimun yang dikukus dan di simpan sehari semalam lalu dikonsumsi
langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk. Mentimun dapat
juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik untuk dijadikan cleansing cream
(pencuci kulit muka) (Sumpena 2001).
2.2
Klasifikasi
dan morfologi
2.2.1 Klasifikasi
tanaman timun
Gambar 1 tanaman timun.
Sumber
: http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super
Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
2.2.2 Morfologi tanaman timun
1. Akar
Gambar
2 akar tanaman timun.
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Tanaman mentimun berakar
tunggang, akar tunggangnya akan tumbbuh lurus kedalam tanah sampai kedalaman 20
cm. Perakaran tanaman mentimun dapat tumbuh dan berkembang pada tanah yang
berstruktur remah (Cahyono, 2003).
2. Batang
Gambar 3 batang tanaman timun.
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Mentimun merupakan
tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan
perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya basah serta
berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, bercabang
dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).
3. Daun
Gambar 4 daun timun
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Daun tanaman mentimun
berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan bergerigi, berbulu
sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabnng-cabang, kedudukan
daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk, ukuran dan kedalaman lekuk daun
mentimun sangat bervariasi (Cahyono, 2003).
4. Bunga
Gambar 5 bunga tanaman timun
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Bunga mentimun
merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3 cm, terdiri dari
tangkai bunga dan benangsari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau
dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga. Mahkota bunga
terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat (Cahyono,
2003).
5. Buah
Gambar 6 buah tanaman timun
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Buah mentimun muda
berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau keputihan sampai
putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua berwarna coklat, coklat
tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara 12-25 cm (Sumpena
2001).
6. Biji
Gambar 7 gambar biji timun
Sumber : http://soeyatno.blogspot.co.id/2013/05/budidaya-mentimun organik.html
Biji timun berwarna
putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh
lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya
sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan
(Cahyono, 2003).
2.3
Syarat
Tumbuh
1. Iklim
Tanaman mentimun
mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia
mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu sampai
ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001) Tanaman mentimun
tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320 C,
dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan
suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Cahaya
juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman mentimun, karena
penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung
antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
2. Kelembaban
Kelembaban relatif
udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara
50-85%, sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah
hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun,
terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak
menggugurkan bunga (Sumpena 2001).
3. Tanah
Pada umumnya hamper
semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami
mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik,
tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur, kaya akan bahan
organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran terhadap pH 5,5 batasan
minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi
gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang
penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
2.4 Teknik Budidaya
2.4.1
Persiapan Media Tanam
Tanah gembur, banyak
mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7. Tanah yang telah diolah dicampur
dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak 10-20 kg/ha. Setelah itu, dibuatkan
bedengan dengan lebar 100 cm dan saluran air selebar 20-30 cm. Panjang bedengan
tergantung keadaan musim. Jika musim hujan, bedengan dibuat lebih tinggi agar
drainase dan aerasi baik, yaitu 30-40 cm. Sedangkan jika musim kemarau,
bedengan hanya berukuran 20-25 cm.
2.4.2
Pemilihan benih dan persemaian
Sebelum benih ditanam,
sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih dahulu. Media persemaian itu
berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai tempat
media persemaian dapat digunakan polybag atau kantung plastik transparan.
Sebelum digunakan, media semai disterilkan dulu dengan Dithane/ Cobox 0,2 % 15
g/100 kg media. Meskipun benih dapat langsung ditanam, namun untuk mengurangi
kegagalan, sebaiknya benih mendapat perlakuan sebagai berikut. 1. Benih
direndam selama 15 menit. Benih yang mengapung sebaiknya dibuang. 2. Benih yang
tetap tenggelam direndam kembali selama 24 jam. 3. Selanjutnya benih
dipindahkan ke lipatan handuk basah selama 12 jam hingga bakal akarnya keluar.
4. Setelah bakal akarnya keluar, benih dapat langsung ditanam di tempat yang
telah disiapkan. Pada musim hujan, persemaian harus diberi atap plastik
transparan. Jika timun disemaikan saat musim kemarau, bedengan bisa dibuat di
tempat terbuka.
2.4.3 Penanaman
1).
Penanaman dari biji yang sudah di kecambahkan ;
Sebelum
pemindahan tanaman mentimun dari persemaian siram terlebih dahulu tanah
yang telah di buat bedengan ini di maksudkan untuk menjaga kondisi kelembaban
tanah yang seimbangn dengan persemaian dan penyesuaikan suhu tanah dari tempat
persemaian awal agar tidak mati.
2).
Penanaman dari biji :
a)
Pembuatan
lubang tanam dua baris atau double rows 60 x 30 cm, masukkan biji mentimun
dalam lubang dengan jumlah biji 3 biji perlubang sedangkan lubang pupuk dapat
ditugal 5 cm disamping lubang tanam.
b)
Benih
ditanam sedalam 1 cm, 3 benih perlubang tanam.
c)
Benih
ditutup dengan abu jerami pada musim kemarau dan pada musim hujan dengan abu
ditambah pupuk kandang.
d)
Penyulaman
dilakukan secepatnya agar pertumbuhan tanaman seragam.
2.4.4
Pemeliharaan
tanaman
1).
Penjarangan dan Penyulaman
Selama
2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun harus harus diamati kontinu, terutama
bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal.Bibit yang mati harus segera
disulam.Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti
dengan bibit yang baru.Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari,
pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu
panas.Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam
ditempat yang teduh.
2).
Pemupukan
Pemupukan
dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gr per tanaman atau 1 sendok teh untuk
aplikasi pertama pada umur 12 hst. Sedangkan aplikasi kedua dan ketiga dengan
dosis 20 gr pertanaman atau 1 sendok makan pada umur 25 dan 45 hst. Pupuk
diletakkan pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman.
3).
Pengairan
Pengairan
diberikan setiap selesai pemupukan.Sedangkan pengairan rutin diberikan dengan
melihat kondisi tanah di bawah mulsa.Pada musim hujan, yang harus diperhatikan
adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari dalam areal tanaman.
4).
Pengajiran
Pemasangan
lanjaran bisa dilakukan atau dipasang tanaman belum transplanting atau dipasang
setelah 2 minggu tanam. Pengajiran bertujuan untuk tanaman agar tumbuh tegak ke
atas dan memperoleh sinar matahari secara optimal.Selain itu ajir juga
berfungsi untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan dan tempat
menopang buah.Pengajiran dilakukan seawal mungkin (± 5 hari setelah tanam) agar
tidak mengganggu dan merusak perakaran tanama.Tinggi ajir ± 2 meter.cara
pengajiran yaitu: mengikat batang tanaman (di bawah daun pertama),
melilitkan tali kasur pada batang tanaman.
5).
Pembumbunan
Pembumbunan
adalah penimbunan tanah dipangkal rumpun tanaman sehingga menutup rimpang yang
mungkin muncul dipermukaan tanah.Dengan demikain, pembumbunan juag berarti
memperluas wilayah tumbuh akar dan rimpang, sehingga daya tembus akar dan
pembesaran rimpang menjadi makin leluasa.Dengan pembumbunan, partikel tanah
yang besar dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.Kegiatan
pembumbunan dalam budi daya tanaman bisa dilakukan bersama-sama dengan
penyiangan.Saat dilakukan penyiangan, tanah-tanah disepanjang barisan tanaman
ditimbunkan dipangkal rumpun tanaman. Cara ini sekaligus juga menciptakan
parit-parit di atas bedengan yang akan semakin melancarkan drainase. Tanah yang
tergenangi air dan terlalu lembab bisa memicu serangan penyakit sehingga
tanaman mudah membusuk.Umunya kegiatan pembumbunan sampai panen tiba dilakukan
sebanyak tiga kali. Namun, ditanah yang ringan kegiatan ini harus dilakukan
agak sering, terutama setelah turun hujan yang bisa mengikis tanah dipangkal
tanaman
6).
Pewiwilan dan
Pengikatan
Wiwil
adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas ke 3 atau 4.Dampak
positif dari wiwil ini adalah mempercepat pertumbuahan tanaman ke atas
disamping untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, Sedangkan fungsi ikat
adalah agar tanaman dapat menjalar ke atas, sehingga tanaman dapat tumbuh
tegak. Dengan ikat akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan dan panen.
7).
Penyiangan.
Penyiangan
dilakukan untuk menghilangkan gulma yang ada pada areal tanaman yang
dibudidayakan guna untuk menghindari persaingan unsure hara tanaman dengan
gulma agar tanaman yang dibudidayakan tumbuh dengan normal.
2.4.5
Panen
Timun mercedes dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 – 40
hari sejak tanam. Buah yang dipanen berukuran panjang sekitar 18 – 20 cm dengan
berat antara 80- 120 g. Buah yang berbentuk lurus berdiameter 1,5 – 2,5 cm
dengan berat 20 g adalah buah kualitas super. Saat panen yang baik adalah pagi
hari antara pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00.
2.5
Hama
dan Penyakit
2.5.1
Hama tanaman timun
1) Oteng-oteng
atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.
2) Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat ini berwarna hitam dan menyerang
tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar
leher akar.
3) Lalat
buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm.
Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah
sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT.
4) Kutu
daun (Aphis gossypii Clover)
5) Kutu
berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai
hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan
menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau
PESTONA
2.5.1
Penyakit pada tanaman timun
1
Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab :
Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban
udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun
berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
2
Penyakit tepung (Powdery mildew )
Penyebab : Erysiphe
cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban
tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian
berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
sebelum tanam
3
Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
4
Bercak daun bersudut
Penyebab : cendawan
Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak
kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak
berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
5
Virus
Penyebab : Cucumber
Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato
Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz
dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda,
daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan
mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi
kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan
Cucurbitaceae.
6
Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan
Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala :
ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti
karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
7
Busuk buah
Penyebab : cendawan (1)
Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3)
Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun
atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk
basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang
akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak
besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia
carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan
menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan
dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural
GLIO sebelum tanam.
2.6 Arti gulma dalam budidaya tanaman
Selain hama dan
penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu mendapat
perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam
kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini
akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang
diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama.
Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat
menyerang tumbuhan. Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar
yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies
baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia
berusaha mengubah salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti
pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan
dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang
merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut
2.6.1
Kerugian akibat gulma
1) Menurunkan hasil tanaman (kuantitas dan kualitas produk)
melalui persaingan: air, hara, cahaya, CO2, dan ruang.
2) Menghambat/ menekan pertumbuhan bahkan meracuni tanaman
budidaya dengan mengeluarkan zat alelopat.
3) Mempersulit pemeliharaan tanaman -> pemupukan, pendangiran
dan penggemburan tanah, serta pengendalian OPT.
4) Menghambat aliran air dan merusak saluran pengairan.
5) Mengurangi persediaan air di waduk (transpirasi).
6) Mengurangi kapasitas air di saluran pengairan dan tempat
penampungan (sungai, selokan, waduk, dam, embung, kolam, dsb) akibat
sedimentasi.
7) Mengganggu dan mempersulit aktivitas manusia dalam budidaya
tanaman sejak pratanam sampai pascapanen -> sanitasi kebun / lahan budidaya.
8) Sebagai inang pengganti bagi serangga hama dan patogen
penyakit.
9) Menimbulkan ganguan kesehatan
2.6.2
Keuntungan dari gulma
1) Menambah
kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik.
2) Mencegah
atau mengurangi timbulnya erosi.
3) Sebagai
Bahan Makanan ternak.
5) Sebagai
Obat Tradisional
6) Sebagai
Bahan Makanan atau sayuran
2.6.3
Cara
Perbanyakan Gulma
1.
Generatif
a)
Biji:
Echinochloa colonum, Cyperus compressus, Amaranthus spinosus
b)
Spora:
Marsilea quadrifolia dan Dryopteris aridus
2.
Cara
Vegetatif
a)
Stolon
: batang menjalar di permukaan tanah, pada setiap buku/ruas dapat tumbuh tunas
dan akar menjadi individu baru.
b)
Rimpang
: batang menjalar dalam tanah, pada setiap buku/ruas dapat tumbuh tunas dan
akar menjadi individu baru.
c)
Stem
Tuber/umbi batang : Pangkal batang membesar terdapat cadangan makanan dan
tunas.
d)
Root
Tuber/umbi akar: pembesaran akar terdapat makanan cadangan dan calon tunas.
e)
Bulbus/Umbi
lapis : Pelepah daun yang menebal dan berlapis-lapis, di antara lapisan
terdapat tunas.
f)
Corm
: Batang yang gemuk pendek berdaging dilapisi daun-daun yang meredusir seperti
sisik.
g)
Runner
: Stolon yang internodianya sangat panjang pada ujungnya tumbuh tunas.
2.6.3
Penggolongan
Gulma
1). Berdasarkan Habitat (ekologi)
Berdasarkan habitatnya, gulma
digolongkan menjadi dua yaitu gulma obligat dan fakultatif. Gulma obligat
yaitu gulma yang hidup pada tempat yang sudah ada campur tangan manusia,
seperti pada daerah pemukiman dan pertanian. Sebagai
contoh, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma ceplukan (Physalis
angulata) hidup pada habitat pertanian. Gulma fakultatif adalah
gulma yang hidup pada tempat yang sudah ataupun belum ada campur tangan
manusia. Sebagai contoh, gulma bawang liar (Allium sp.),
pakis-pakisan (Ceratoptoris sp.dan Nephrolepsis sp.).
2) Berdasarkan
Sifat Hidup (umur)
Berdasarkan sifat atau umur hidupnya,
gulma digolongkan menjadi gulma semusim (annual), gulma tahunan (perennial),
dan gulma dwitahunan (biannual). Gulma semusim adalah gulma yang siklus
hidupnya tidak lebih dari satu tahun (annual), contohnya gulma gulma babadotan
(Ageratum conyzoides). Gulma tahunan adalah gulma
yang dapat hidup lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun (perennial).
Beberapa contoh gulma perennial adalah Chromolaena odorata, Lantana
camara danImperata cylindrica. Gulma dwitahunan adalah gulma
yang memiliki siklus hidup dua tahun, umumnya terdapat di daerah temperate,
contoh: Cyperus iria.
3) Berdasarkan
Daerah Asal
Berdasarkan daerah asal, gulma
dibedakan menjadi gulma domestik dan gulma eksotik. Gulma domestik
adalah gulma asli di suatu tempat/daerah, contohnya gulma alang-alang (Imperata
cylindrica) di Indonesia. Gulma eksotik yaitu gulma yang berasal
dari daerah (negara) lain, contohnya gulma eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan gulma kiambang (Salvinia molesta) berasal dari negara
lain.
4) Berdasarkan
Kesamaan Respon terhadap Herbisida
Berdasarkan kesamaan respon terhadap
herbisida, gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu gulma rumput-rumputan (grasses),
gulma berdaun lebar (broadleave), dan gulma teki (sedges). Gulma
rumputan atau disebut sebagai gulma berdaun pita merupakan gulma dari kelompok
graminae yang memiliki ciri-ciri tulang daun sejajar tulang daun utama, panjang
dan lebar daun jelas berbeda. Contoh gulma golongan rumput antara
lainCynodon dactylon, Axonopus compressus, Paspalum
conjugatum, dan masih banyak lagi. Gulma golongan teki merupakan
gulma dari famili Cyperaceae dengan ciri utama penampang batangnya segitiga.
Gulma berdaun lebar sebagian besar merupakan dikotil tetapi ada beberapa
golongan monokotil, seperti eceng gondok dan lidah buaya.
5) Berdasarkan
Tempat Tumbuh
Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma
digolongkan menjadi gulma darat(terestrial) dan gulma air (aquatic). Gulma
terrestrial adalah gulma yang tumbuh di daratan, seperti Cyperus
rotundus. Gulma aquatic adalah gulma yang tumbuh di
air/perairan, seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia
stratiotes).
6) Berdasarkan
Sifat Gangguannya (Kompetisinya)
Berdasarkan sifat gangguannya, gulma
digolongkan menjadi gulma biasa (common weed) dan gulma ganas (noxius
weed). Gulma biasa (common weed) adalah gulma yang menyebabkan
gangguan kurang nyata pada tanaman budidaya. Gulma ganas (noxious
weed) adalah golongan gulma yang gangguannya nyata.
Beberapa ciri gulma ganas antara lain :
a) Menimbulkan kemerosotan hasil secara nyata. Sebagai contoh, Scirpus
supinus dengan populasi 200/m2 belum menurunkan hasil
tanaman padi. Scirpus maritimus dengan populasi 20/m2telah
menurunkan hasil padi secara nyata; b) cara perbanyakan vegetatif dan ataupun
generatif berlangsung cepat; c) laju pertumbuhan vegetatif sangat tinggi; d) propagula
(alat perkembangbiakannya) mempunyai dormansi yang ekstrim; e) mampu bertahan
terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Beberapa spesies gulma
dapat bermodifikasi tertentu sesuai dengan keadaan lingkungan yang dihadapinya.
Contoh gulmaPaspalum vaginatum pada air tawar
habitusnya besar, pada air asin atau keadaan kekurangan air habitusnya kecil.
Gulma Portulaca sp. pada musim hujan daunnya besar, pada musim
kering daunnya kecil. Dengan adanya berbagai sifat tersebut pada
umumnya gulma ganas sukar dikendalikan.
7) Berdasarkan
Jenis/Kelompok Tanaman Budidaya
Berdasarkan jenis tanaman budidaya yang
menjadi tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma tanaman pangan, gulma
tanaman perkebunan, dan gulma tanaman padi sawah. Namun, penggolongan
ini kurang jelas. Misalnya gulma Borreria alata,
dijumpai pada lahan tanaman perkebunan, tetapi juga dijumpai pada lahan tanaman
pangan.
8) Berdasarkan
Kondisi (sifat) Lahan Tempat Tumbuh
Berdasarkan sifat lahan tempat tempat
tumbuhnya, gulma dapat digolongkan menjadi gulma pada pH tinggi atau pH rendah,
gulma pada tanah berlengas tinggi atau rendah, gulma yang tahan pada kadar
garam tinggi, dan gulma yang tumbuh baik pada tempat terlindung cahaya atau
sebaliknya. Sebagai contoh, gulma Imperata cylindricamampu tumbuh
dengan baik pada tanah sangat masam selama kondisi cahaya terbuka penuh. Gulma
harendong (Melastoma malabathricum) merupakan indikator gulma di tanah
masam.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis
31 Maret 2016.Bertempat di Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutai Timur.
3.2 Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum
ialah parang, cangkul, kamera, alat tulis menulis.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum
ialah bibit tanaman mentimun.
3.3 Prosedur Kerja
1. Siapkan
semua alat untuk mengolah lahan tanaman timun
2. Membuat
bedengan sebanyak dua bedengan yang berukuran 2 x 6 m.
3. Menanam
benih timun dengan jarak yang ditentukan
4. Kemudian
melakukan pengamatan hingga timun berproduksi.
5. Pengambilan
data yang diambil per minggu
3.4 Parameter Pengamatan
1. Tinggi
Tanaman
Data tinggi tanaman di ambil setelah 7
hst, 14 hst, 21 hst dan seterusnya sampai panen.
2. Jumlah
Daun
Data jumlah daun di ambil setelah
tanaman berumur 7 hst, 14 hst, 21 hst dan seterusnya hingga tanaman panen.
3. Umur
Berbunga
Umur berbunga ditentukan pada saat
tanaman timun berbunga sebanyak 80%.
4. Berat
Buah
Berat buah diambil setelah tanaman timun
panen dan buahnya ditimbang untuk mengetahui produksi yang lebih baik antara
tanaman bergulma dan bebas gulma.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari pengamatan pada
budidaya tanaman timun diperoleh hasil sebagai berikut :
no
|
Pengamatan
|
Bedengan
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah
daun
|
Diameter
batang
|
|
1
|
Minggu ke 1
|
Bergulma
|
3.6 cm
|
2
|
0,21
|
|
Bebas gulma
|
2.7 cm
|
2
|
0,2
|
|||
2
|
Minggu ke 2
|
Bergulma
|
5.6 cm
|
3,91
|
0,35
|
|
Bebas gulma
|
5,2 cm
|
3,91
|
0,34
|
|||
3
|
Minggu ke 3
|
Bergulma
|
11.5 cm
|
5,9
|
0,57
|
|
Bebas gulma
|
11,05 cm
|
6,08
|
0,56
|
|||
4
|
Minggu ke 4
|
Bergulma
|
34,8 cm
|
9,7
|
0,63
|
|
Bebas gulma
|
30,7 cm
|
10
|
0,68
|
|||
5
|
Minggu ke 5
|
Bergulma
|
55 cm
|
12
|
0,63
|
|
Bebas gulma
|
48,8 cm
|
13,4
|
0,6
|
|||
6
|
Minggu ke 6
|
Bergulma
|
76,7 cm
|
15
|
0,7
|
|
Bebas gulma
|
69,7 cm
|
16,9
|
0,75
|
|||
7
|
Minggu ke 7
|
Bergulma
|
79,7 cm
|
15,4
|
0,73
|
|
Bebas gulma
|
74,9 cm
|
17,75
|
0,77
|
Data
diatas diambil setiap minggu sekali, dari umur 7 hari setelah tanam hingga
tanaman timun berproduksi yaitu sekitar usia minggu ke 7. Dari data diatas
dapat diperoleh hasil bahwa Pertumbuhan
tanaman yang baik ialah tanaman bergulma, pertumbuhan tanaman bergulma lebih baik dikarenakan gulma dapat menjaga
kelembaban tanah sehingga kebutuhan air tanaman tercukupi, selain itu gulma
juga dapat menghambat serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya. Dan
seterusnya pertumbuhan tanaman bergulma lebih baik dibandingkan dengan tanaman
yang bebeas gulma.
Oleh
karena itu didalam melakukan budidaya kita perlu mempertimbangkan aspek-aspek
yang ada pada lingkungan salah satunya adalah gulma. Dari sisi lain gulma juga
mempunyai dampak positif bagi lingkungan dan tanaman budidaya jadi dalam budidaya
gulma tidak perlu diberantas akan tetapi dikendalikan. Berdasarkan aspek-aspek
di atas dan hasil yang kami dapatkan
dalam budidaya ini gulma sangat berperan penting bagi tanaman budidaya
karena dari data awal yang kita peroleh sampai dengan pengamatan perhitungan
tanaman pada minggu ke 7 Hst lahan yang bergulma menunjukan angka pertumbuhan
yang lebih tinggi daripada arel yang dibebaskan dari gulma. Dari pengamatan
yang kita lakukan menyimpulkan bahwasanya areal yang bergulma kelembapanya
lebih tinggi daripada lahan yang tidak bergulma, sehingga hal ini adalah salah
satu factor pendorong pertumbuhan tanaman timun, apalagi pada saat melakukan
budidaya wilayah kita dilanda kekeringnan yang hebat sehingga kelembapan (air)
menjadi factor pendorong utama pertumbuhan tanaman timun ini. Oleh sebab itu
sebaiknya didalam budidaya kita tidak boleh melakukan pemberantasan gulma
secara berlebihan, akan tetapi gulma di kendalikan jika telah melewati ambang
batas ekonomi, yaitu telah merugikan bagi tanaman budidaya. Pada pengamatan
lahan yang bebas gulma kami menemukan adanya tingkat kerusakan tanah yang
tinggi selain tanah kering juga dapat membunuh inang bagi penyakit dan dapat
meningkatkan erosi saat musim hujan
4.2 Umur Berbunga Tanaman
Dari hasil pengamatan pada budidaya
timun, tanaman akan berbunga pada usia 35 HST, dan memiliki persentase sebanyak
80% pada setiap masing-masing bedengan. Pada masa ini tanaman timun memerlukan
banyak air untuk memperkecil nilai kegagalan maka di perlukan penyiraman pada
tanaman.
4.3 Berat
Buah Timun
Berdasarkan
dari data hasil pengamatan budidaya tanaman timun pada bedengan bebas gulma
lebih sedikit dibandingan tanaman pada bedeng bergulma yaitu 0,5 kg untuk hasil
keseluruhan sedangan bedengan bergulma
mendapatkan hasil sebanyak 1 kg. Dari hasil di atas tidak mendapatkan hasil
yang memuaskan seperti pada umumnya dikarenakan pada saat budidaya tidak
dilakukan perlakuan penambahan pupuk serta kekurangan air, jadi tanaman timun
tidak bias tumbuh dan berproduksi seperti pada umumnya.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa : Didalam kegiatan budidaya kita tidak
boleh melakukan pemberantasan gulma tetapi melakukan pegendalian, hal ini
dikarenakan gulma juga mempunyai nilai positif bagi ekosistem yang ada pada
lingkungan budidaya.
2.
Dalam pengamatan budidaya tanaman timun mendapatkan hasil bahwa tanaman timun yang bergulma lebih baik pertumbuhanya dibandingkan dengan
tanaman bebas gulma.
3.
Pada tanaman timun bergulma mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dibandingan dengan area budidaya bebas gulma.
5.2 Saran
1.
Lakukanlah
budidaya dan perwatan pada tanaman agar mendapatkan hasil yang baik
2.
Dalam pengambilan data pengamatan
sebaiknya di lakukan dengan teliti agar di dapatkan hasil yang akurat.
3. Perlu
kekompakan sesama anggota kelompok dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman.