1.1 Latar Belakang
Produksi padi tahun 2015 sebanyak 75,36 juta ton gabah kering
giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebanyak 4,51 juta ton (6,37 persen)
dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi tersebut terjadi di Pulau Jawa
sebanyak 2,31 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebanyak 2,21 juta ton. Kenaikan
produksi padi terjadi karena kenaikan luas panen seluas 0,32 juta hektar (2,31
persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 2,04 kuintal/hektar (3,97
persen). Kenaikan produksi padi tahun
2015 sebanyak 4,51 juta ton (6,37 persen) terjadi pada subround Januari–April,
subround Mei–Agustus, dan subround September-Desember masing-masing sebanyak
1,49 juta ton (4,73 persen), 3,02 juta ton (13,26 persen), dan 1,80 ribu ton
(0,01 persen) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun 2014
(year-on-year). Bila dirinci
per provinsi maka produksi pada tahun 2015 hampir semua provinsi meningkat dari
produksi tahun 2014 kecuali DKI, Gorontalo dan DIY. Peningkatan tertinggi
secara kualitatif terjadi di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 18,78
persen (kualitatif 4.409 ton GKG) sedangkan tertinggi secara kuantitatif
terjadi di provinsi Jawa Tengah sebesar 954.469 ton GKG (kualitatif 9,89
persen). Dengan perkiraan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 sejumlah
255,462 juta jiwa (BPS), tingkat konsumsi beras perkapita pertahun sebesar
124,89 kg dan kebutuhan beras lainnya, maka dalam tahun 2015 diperlukan beras
sejumlah 33,368 juta ton.
Sawah tadah hujan
adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Pada sawah
ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat
panen padi 1-2 kali. Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap
secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses
penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah
terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman
padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air
hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang
datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang
cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama
sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa
dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman padi sawah dengan pola
tanam tadah hujan.
2. Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik
bagi petani.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa
mendapat wawasan yang luas tentang budidaya tanaman padi.
2. Mahasiswa
mampu mendapatkan keterampilan tentang Alsintan/
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Padi
Adapun klasifikasi
tanaman padi menurut Santoso, (1992) adalah sebagai berikut , Kingdom Plantae,
Subkingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Sub
Kelas Commelinidae, Ordo Poales, Famili Poaceae, Genus Oryza, Spesies Oryza sativa L.
2.2 Morfologi Tanaman Padi
Adapun
morfologi tanaman padi menurut Aak, (1992) adalah sebagai berikut :
2.2.1
Akar
Akar tanaman padi dapat dibedakan
atas beberapa macam yaitu :
1. Radikula
Radikula adalah akar yang tumbuh
pada saat benih mulai mengeluarkan kecambah. Pada benih yang sedang atau mulai
berkecambah akan timbul calon akar dan calon batang. Calon akar akan mengalami
pertumbuhan kearah bawah sehingga akan membentuk akar tunggang. Sedangkan calon
batang akan tumbuh ke atas hingga pada akhirnya akan terbentuk batang dan juga daun.
2. Akar serabut (akar adventif)
Akar serabut akan tumbuh setelah 5
hingga 6 hari setelah terbentuknya akar tunggang.
3. Akar rambut
Akar rambut adalah bagian pada akar
yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan jaringan
terluar dari kulit akar serta fungsinya amat penting dalam menyerap air maupun
zat makanan. Akar rambut umumnya berbentuk pendek dan bentuknya menyerupai akar
serabut.
4. Akar tajuk (crown roots)
Akar tajuk merupakan akar yang
tumbuh dari ruas batang yang paling rendah. Akar ini dibedakan menjadi dua
jenis berdasarkan letak kedalaman akar pada tanah yaitu akar dangkal dan akar
dalam. Jika kandungan udara pada tanah rendah,maka akar dangkal mudah untuk
berkembang. Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami
perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yang baru atau bagian akar
yang masih muda berwarna putih.
2.2.2
Batang
Padi adalah tumbuhan yang digolongan
dalam golongan Graminae yang memiliki susunan batang yang terdiri dari beberapa
ruas. Ruas-ruas tersebut merupakan ruas kosong atau bubung kosong. Pada kedua
ujung bubung kosong tersebut pasti ditutup oleh buku. Panjang antara ruas satu
dan ruas lainnya tidak sama. Ruas yang paling pendek terdapat pada pangkal
batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang
daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku yang terletak di bagian bawah dari
ruas akan tumbuh daun pelepah yang akan membalut ruas sampai ke buku bagian
atas. Tepat pada buku bagian atas tepatnya ujung dari daun pelepah
memperlihatkan percabangan, yakni cabang yang paling pendek menjadi ligula atau
lidah daun, dan pada bagian yang paling panjang dan terbesar menjadi daun
kelopak yang mempunyai bagian auricle pada bagian sebelah kiri dan kanan. Daun
kelopak yang paling panjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang
bernama daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun
bendera, di situlah akan muncul ruas yang menjadi butir padi.
Pertumbuhan batang padi bersifat
merumpun yaitu terdapat satu batang tunggal yang terdiri dari 6 mata atau
sukma, yakni sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari
tiap sukma tersebut akan timbul tunas yang disebut tunas orde pertama. Tunas
orde pertama pertumbuhannya akan didahului oleh tunas yang tumbuh dari sukma
pertama, lalu akan diikuti oleh sukma kedua, disusul oleh tunas yang muncul
pada sukma ketiga dan seterusnya sampai pada pembentukan tunas terakhir yaitu
yang keenam pada batang tunggal. Tunas yang tumbuh dari tunas orde pertama
disebut tunas orde kedua. Umumnya dari tunas-tunas orde pertama ini yang
menghasilkan tunas-tunas orde kedua adalah tunas orde pertama yang terletak
pada bagian paling bawah pada batang tunggal. Pembentukan tunas pada orde
ketiga biasanya tidak terjadi, oleh karena itu tunas-tunas dari orde ketiga
tidak mempunyai ruang hidup karena kesesakan dengan tunas-tunas dari orde
pertama dan kedua.
2.2.3
Daun
Padi termasuk tanaman jenis
rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau
bagian bagiannya. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal
inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain.
Adapun bagian-bagian daun padi adalah :
1. Helaian daun
Helaian daun adalah daun yang terletak
pada batang padi dan pasti adanya. Bentuk helaian daun memanjang menyerupai
pita. Panjang serta lebar helaian daun tergantung dari varietas padi yang
tersebut.
2. Pelepah daun (upih)
Pelepah daun adalah bagian daun yang
membalut batang, pelepah daun memiliki fungsi sebagai pemberi dukungan pada
bagian ruas yang jaringannya lunak, dan hal ini akan selalu terjadi.
3. Lidah daun
lidah daun adalah daun yang terletak
pada perbatasan antara helai daun dan pelepah daun. Panjang lidah daun
bervariasi, tergantung dari varietas padi. Lidah daun melekat pada batang.
Fungsi lidah daun adalah untuk mencegah masuknya air hujan diantara batang dan
pelepah daun. Disamping itu lidah daun juga mencegah terjadinya infeksi
penyakit, sebab melalui air akan memudahkan penyebaran penyakit dan virus.
4. Coleoptile
Daun coleoptile adalah daun yang
akan muncul pada saat terjadi perkecambahan. Coleoptile muncul dari benih yang
disebar dan akan memanjang sampai ke permukaan air. Ketika coleoptile baru
membuka kemudian akan diikuti tumbuhnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya
hingga mencapai puncak daun yang disebut daun bendera. Sedangkan daun
terpanjang umumnya terdapat pada daun ketiga. Daun bendera adalah daun yang
lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari daun-daun
sebelumnya. Daun bendera ini terletak dibawah malai padi. Daun padi awalnya
berupa tunas yang kemudian tumbuh berkembang menjadi daun. Daun pertama pada
batang akan keluar bersamaan dengan munculnya tunas atau calon daun berikutnya.
Pada tanaman padi pertumbuhan antara daun yang satu dengan daun berikutnya
(daun baru) mempunyai rentang waktu tujuh hari dan pada 7 hari selanjutnya akan
muncul daun baru lainnya.
2.2.4
Bunga
Sekumpulan bunga padi atau disebut
dengan Spikelet akan keluar dari buku paling atas yang disebut dengan malai.
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua. Sedangkan sumbu
utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai padi
tergantung dari varietas padi serta cara dan teknik menanamnya. Dari sumbu
pokok atau utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai
diukur. Bunga padi merupakan bunga telanjang yang artinya mempunyai perhiasan
bunga. Bunga padi memiliki dua jenis kelamin dengan bakal buah yang berada
diatas. Terdapat 6 buah benang sari, tangkai sarinya relatif pendek dan tipis,
untuk kepala sarinya besar dan mempunyai 2 kandung serbuk. Putik memiliki 2
tangkai putik, dengan 2 kepala putik yang berbentuk malai dengan warna biasanya
putih atau ungu. Adapun komponen-komponen yang terdapat pada bunga padi antara
lain: kepala sari, tangkai sari, palea (belahan yang besar), lemma (belahan
yang kecil), kepala putik, tangkai bunga.
2.2.5 Buah
Buah padi atau yang biasa kita kenal
dengan sebutan biji padi atau butir padi atau gabah sebetulnya bukanlah biji
melainkan buah padi yang ditutupi oleh lemma dan palea. Buah ini terbentuk
setelahproses penyerbukan dan pembuahan selesai. Lemma dan palea dan juga
bagian lainnya yang membentuk sekam atau kulit gabah. Jika bunga padi
telah menua maka kedua belahan kembang mahkota yang awalnya menyatu akan
membuka dengan sendirinya sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut
sebesar 30-60 derajat. Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu biasanya
terjadi pada jam 10 - 12 siang ketika matahari sedang cerah-cerahnya dan ketika
suhu kira-kira berada pada angka 30-32 derajat celcius. Di dalam dua daun
mahkota tersebutlah terdapat bagian dalam dari bunga padi yang terdapat bakal
buah. Jika buah padi telah masak atau matang maka kedua belahan daun mahkota
bunga itu yang akan menjadi pembungkus berasnya. Diatas karyiopsis terdapat dua
buah kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Lodicula yang
berjumlah dua buah, sebenarnya merupakan daun mahkota yang telah berubah
bentuk. Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjad imengembang karena
menghisap cairan dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea
terpisah dan terbuka.
2.3
Teknik
Budidaya
Teknik bercocok tanam
yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai
tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini
harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar
dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Adapun
cara budidaya tanaman padi menurut Santoso, (1992) adalah sebagai berikut :
2.3.1
Persemaian
Membuat persemaian
merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu
persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan
pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat
perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai.
2.3.2
Persiapan dan Pengolahan Tanah Sawah
Pengolahan tanah
bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat t
Bajak traktor atau cangkul hingga
memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman.
Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap : Pembersihan, Pencangkulan,
Pembajakan, Penggaruan, Perataan, Penanaman Dalam penanaman bibit padi, harus
diperhatikan sebelumnya adalah :
1. Persiapan
lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang
baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
2. Umur
bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai
dengan jenis padi, bib it tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara
mencabut bibit.
3. Tahap
penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
1) Memindahkan
bibit
Bibit
dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari (tergantung jenis padinya,
genjah/dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
2) Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal
yang harus diperhatikan adalah sistem larikan (cara tanam), jarak tanam,
hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lobang, kedalam menanam bibit, cara
menanam.
4. Pemeliharaan
1) Penyulaman
dan penyiangan
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penyulaman yaitu bibit yang digunakan harus jenis yang sama,
bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu, penyulaman tidak
boleh melelewati 10 hari setelah tanam, selain tanaman pokok (tanaman
pengganggu) supaya dihilangkan.
2) Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan
menjadi pengairan secara terus-menerus dan pengairan secara piriodik.
3) Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi
kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses
pertumbuhan/produksi.
5. Pengendalian
Hama dan Penyakit
1)
Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala : Menyerang daun bibit,
kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat
menggulung daun padi. Pengendalian : Pengaturan air yang baik, penggunaan bibit
sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun. Menggunakan BVR atau
Pestona
2) Padi
Thrips (Thrips oryzae)
Gejala
: Daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit
terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau
Pestona.
3) Wereng
Penyerang batang padi : Wereng padi
coklat (Nilaparvata lugens), Wereng padi berpunggung putih (Sogatella
furcifera). Wereng penyerang daun padi : Wereng padi hijau (Nephotettix
apicalis dan N. impicticep).Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan
dapat menularkan virus.Gejala : Tanaman padi menjadi kuning dan mengering,
sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi
kerdil. Pengendalian : Bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng
seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan,
melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
Penyemprotan BVR.
4) Walang
sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak
susu. Gejala : Buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna
coklat dan tidak enak, pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi
berbintik-bintik hitam. Pengendalian : Bertanam serempak,
peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami
seperti jangkrik, laba-laba. Penyemprotan BVR atau Pestona.
III.
METODELOGI
PENELITIAN
3.1 Tempat
Adapun tempat yang
digunakan untuk melaksanakan praktikum mata kuliah Budisaya Tanaman padi yaitu
bertempat dilahan belakang gedung Agroteknologi, STIPER Kutai Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Adapun alat yang
dugunakan dalam kegiatan prktikum ini adalah cangkul, parang, sabit, alat
tulis, kamera, mesin pemotong rumput dan hand traktor.
3.2.2
Bahan
Selanjutnya bahan yang
digunakan adalah bibit padi sawah, pupuk kimia, pupuk kandang.
3.3 Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja
dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan
lahan
Dalam
kegiatan pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan menebas tumbuhan yang tumbuh liar pada lahan
yang akan digunakan untuk lokasi penanaman tanaman padi dengan alat pemotong
rumput, sabit mupun parang. Kemudian biarkan mengering hingga beberapa hari,
setelah kering kumpulkan menjadi satu tumpukan dan bakar.
2. Pembajakan
Pembajakan
dilakukan dengan cara membalik tanah dengan menggunakan singkal kemudian
diratakan dan dihancurkan dengan tujuan agar tanah menjadi gembur. Pembajakan
ini dilakukan dengan menggunakan handtraktor.
3. Pembuatan
persemaian
Sebelum
dilakukanya proses penanaman padi langkah yang harus dilakukan yaitu pembuatan
tempat semai. Tempat semai dibuat dengan ukuran yang disesuaikan dengan jumlah
bibit yang akan disemaikan. Setelah itu lakukan perendaman padsa bibit padi
sesuai rekomendasi. Langkah selanjutnya taburkan bibit padi yang telah direndam
kepersemaian.
4. Penanaman
Penanaman
dilkukan setelah persemaian padi berumur 20 hari HST. Tahap penanaman meliputi,
pemberian pupuk dasar, pencabutan bibit padi dipersemaian, pembuatan jarak
tanam dan kemudian dilaksnakan penanaman padi dilahan sawah.
3.4 Parameter Pengamatan
Adapun parameter dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tinggi
Tanaman Padi
Data tinggi tanaman padi diambil
setelah umur tanaman 25 HST. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
tanaman adalah neteran atau penggaris.
2. Jumlah
anakan padi
Adapun data jumlah anakan padi
diambil setelah tanaman berumur 25 HST dikurangi dengan jumlah batang utama.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinggi dan Jarak tanam
Adapun hasil tinggi dan
jarak tanaman padi untuk umur 25 HST dapat dilihat pada table dibawah ini.
No tanaman sampel
|
Jarak tanam
|
Tinggi (cm)
|
|
1
|
|
37
|
|
2
|
25
x 30
|
40
|
|
3
|
45
x 30
|
38
|
|
4
|
25
x 30
|
42
|
|
5
|
30
x 30
|
37
|
|
Rata-rata
|
38,8
|
Berdasarkan data yang diambil dari
pertumbuhan tanaman padi pada umur 25 HST. Didapatkan hasil bahwa jarak tanam
yang semakin kecil atau rapat, maka akan mempengaruhi laju pertumbuhan pada
tanaman padi sawah Muhammad isa, (2015).
Tabel 1. Rata-rata persentase gabah
hampa, bobot 1000 butir dan produksi akibat perlakuan jarak tanam.
No
|
Jarak tanam (cm)
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Gabah per malai (butir)
|
Bobot 1000 butir (g)
|
Produksi (t ha)
|
|
1
|
20
x 20
|
52
|
|
23,95a
|
7,76a
|
|
2
|
25
x 25
|
45
|
148,94a
|
23,84a
|
7,68a
|
|
3
|
30
x 30
|
38
|
141,39a
|
23,92a
|
8,12b
|
Ket : Angka pada kolom yang sama diikuti
oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji Tukey
(P< 0,05). Sumber jurnal penelitian Muhhamad isa, (2015).
Tabel
1 memperlihatkan bahwa gabah per malai, persentase gabah hampa dan bobot gabah
per 1000 butir secara statistic tidak terjadi perbedaan akibat beragamnya jarak
tanam yang diterapkan. Namun demikian produksi gabah per hektar menunjukkan
perbedaan yang nyata antara jarak tanam 20X20 cm (7,76 tha-1) dan
25x25 cm (7,68 t ha-1) dengan jarak tanam 30x30 cm (8,12 t ha-1).
Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat cenderung menekan produksi
padi sawah dan jarak tanam padi sampai 30x30 cm dapat menghasilkan gabah
tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam lainnya.
Peningkatan
kerapatan tanam per satuan luas, dari satu sisi dapat meningkatkan jumlah
populasi tanaman per satuan luas sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan
produksi tanaman tersebut. Walaupun demikian, sampai pada batas tertentu
peningkatan kerapatan tanam mengakibatkan terjadinya persaingan terhadap ruang,
sinar matahari bahkan juga berakibat kepada persaingan unsur hara. Hal ini
dapat berakibat pada penurunan produksi. Jarak tanam yang sesuai pada tanaman
padi dapat menghemat penggunaan bibit dan mempermudah pemeliharaan.
Pada
jarak tanam yang rapat daun tanaman cenderung berhimpitan, sehingga tidak
maksimal menerima sinar matahari. Tesar dkk.
(1984) menyatakan bahwa tingkat laju asimilasi bersih sangat dipengaruhi oleh
penyebaran sinar matahari pada tajuk tanaman, adanya daun yang saling menaungi
akan dapat mengurangi laju asimilasi bersih. Salah satu cara untuk mendapatkan
pertumbuhan yang baik adalah dengan mengatur jarak tanam yang lebih lebar,
karena persaingan dalam memperoleh unsur hara, air dan sinar matahari diantara
tanaman menjadi lebih rendah (Guritno dan Sitompul, 1995).
4.2 Tanaman indukan dan Jumlah
anakan
Tanaman sampel
|
Tanaman Indukan
|
Jumlah anakan
|
|
1
|
3
|
20
|
|
2
|
2
|
22
|
|
3
|
3
|
19
|
|
4
|
4
|
17
|
|
5
|
5
|
15
|
|
Rata-rata
|
3,4
|
15,2
|
Berdasarkan data hasil pengukuran
tanaman padi sawah pada usia 25 HST, dapat diketahui bahwasanya jumlah tanaman
yang digunakan untuk bahan tanam dapat mempengaruhi banyaknya pertumbuhan
anakan. Semakin sedikit jumlah indukan yang digunakan maka akan semakin banyak
anakan yang tumbuh Muhammad isa, (2015)
Table 2. Rata-rata jumlah gabah per
malai, persentase gabah hampa, bobot 1.000 butir dan hasil ubinan akibat
perlakuan jumlah bibit per rumpun.
Jumlah indukan
|
Banyak anakan
|
Jumlah gabah
hampa (%)
|
Bobot 1000
butir(g)
|
Hasil
ubinan (t ha-1)
|
1
|
19,81
|
5,77a
|
23,99a
|
8,09b
|
2
|
18,13
|
5,82a
|
23,86a
|
7,87ab
|
3
|
7,64
|
5,76a
|
23,85a
|
7,60a
|
Ket
: Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut Uji Tukey (P< 0,05), sumber dari jurnal
penelitian Muhhamad isa, (2015).
Jumlah anakan, anakan produktif dan
produksi tanaman padi tertinggi dijumpai pada perlakuan jumlah bibit 1 batang
per rumpun, berbeda nyata dengan perlakuan jumlah bibit 3 batang per rumpun.
Jumlah anakan tanaman padi tertinggi dijumpai pada perlakuan jumlah bibit 1
batang/ rumpun yaitu 25,16 anakan, berbeda tidak nyata dengan perlakuan jumlah
bibit 2 batang/ rumpun, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan jumlah bibit 3
batang/ rumpun, kemudian diikuti oleh perlakuan jumlah bibit 2 batang/ rumpun
yaitu 23,28 anakan berbeda tidak nyata dengan jumlah bibit 3 batang/ rumpun.
Sedangkan jumlah anakan yang paling rendah dijumpai pada perlakuan jumlah bibit
3 batang/ rumpun yaitu 22,63 anakan.
Jumlah anakan produktif tanaman padi
tertinggi dijumpai pada perlakuan jumlah bibit 1 batang/ rumpun yaitu 19,61
anakan, berbeda tidak nyata dengan perlakuan jumlah bibit 2 batang/ rumpun,
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan jumlah bibit 3 batang/ rumpun, kemudian
diikuti oleh perlakuan jumlah bibit 2 batang/ rumpun yaitu 18,13 anakan berbeda
tidak nyata dengan perlakuan jumlah bibit 3 batang/ rumpun. Sedangkan jumlah
anakan yang paling rendah dijumpai pada perlakuan jumlah bibit 3 batang/ rumpun
yaitu 17,64 anakan.
Semakin banyak jumlah bibit per rumpun semakin sedikit
jumlah anakan dan anakan produktif. Rumpun yang berasal dari perlakuan 3 batang
memperlihatkan jumlah anakan dan anakan produktif paling sedikit. Persaingan
sejak awal antar lembaran daun secara langsung diduga telah menurunkan kebugaran
(vigor) anakan. Pada awalnya persaingan yang terjadi pada perlakuan jumlah
bibit 1 batang dengan 2 batang per rumpun tanaman ternyata berpengaruh tidak
nyata terhadap perkembangan anakan. Namun persaingan mulai terjadi apabila
jumlah bibit per rumpun di tambah sehingga dapat menekan jumlah anakan dan
anakan produktif serta hasil ubinan tanaman padi.
Bertambahnya jumlah bibit per tanaman cenderung meningkatkan
persaingan baik antara tanaman dalam satu rumpun maupun dengan rumpun lainnya
terhadap cahaya, ruang dan unsur hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi. Lakitan (2008) menyatakan bahwa jumlah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan tanaman untuk dapat tumbuh
dengan lebih baik, jika jumlah unsur hara kurang tersedia maka pertumbuha akan
terhambat, tetapi apabila jumlah unsur hara yang tersedia lebih tinggi dari
pada angka kebutuhan unsur hara oleh tanaman maka dapat dikatakan sebagai
kondisi konsumsi mewah.
V.
PENUTUP
5.1 Keimpulan
Dari hasil praktikum budidaya tanaman padi sawah dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan jarak tanam yang rapat maka akan
berpengaruh pada percepatan tumbuh tinggi tanaman padi sawah. Dan penggunaan
jumlah bibit indukan yang banyak akan memperkecil jumlah anakan tanaman padi,
akan tetapi untuk penggunaan tanaman padi yang sedikit akan memperbanyak jumlah
anakan.
5.2 Saran
1. Dalam pengelolahan lahan untuk
tanaman padi dilakukan dengan cara yang hati-hati dan utamakan keselamatan.
2. Untuk kegiatan praktikum sebaiknya
dilakukan dengan meningkatkan kerja sama agar mempermudah setiap kegiatan.