Postingan

Hama penyakit tanaman terong

LAPORAN
PRAKTIKUM HAMA PENYAKIT TANAMAN
PADA TANAMAN TERONG (SOLANUM MELONGENA)











OLEH :
AJI WICAKSANA
13542111000858


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR
SANGATTA


2017








KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kam ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, karunia serta hidayah-NYA. Atas pertolongnya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata kuliag Hama Penyakit Tanaman tanpa halangan.
Tidak lupa kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :
1.      Tim dosen pengajar mata kuliah Hama dan Penyakit tanaman
2.      Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil.
3.      Asisten dosen yang telah banyak membantu baik dalam praktikum maupun laporan.
4.      Teman teman seperjuangan atas bantuan dan kerjasamanya.
Apabila ada penulisan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini kami harapkan dapat memaklumi karena semua manusia tidak luput dari rasa salah. Sekian saya ucapkan terimakasih.
Sangatta , 18 Mei 2017


Penyusun









I.         PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Terong merupakan tanaman perdu dari famili terong terongan (Solanaceae). Terong sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, baik dalam kondisi segar maupun yang sudah diolah terlebih dahulu. Spesies tanaman terong diantaranya: terong biasa (S. melongena var. esculentum), terong panjang (S. melongena var. serpentimum), dan terong kerdil (S. melongena var.depressum), ( Imdad dan Nawangsih, 2001). Konsumsi akan buah terong dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi buah terung tahun 2004 mencapai 2.55 kg/Th perkapita dan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2007 yakni, mencapai 3.48 kg/Th perkapita. Kebutuhan akan terung dapat dipenuhi dengan menggunakan benih bermutu pada teknik budidaya. Produksi benih bermutu tidak lepas dari penentuan masak fisiologis dari benih yang akan di panen. Diperlukan waktu yang tepat dalam pemanenan benih. Banyak tolok ukur untuk menentukan tingkat kemasakan benih yang digunakan saat ini diantaranya bobot kering benih, kadar air benih, bobot 1000 butir benih, daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih, walaupun sebagian besar dari tolok ukur tersebut mempunyai kelemahan yakni, diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengetahui hasilnya, (Dirjen Horti, 2009).
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu tolok ukur yang lebih cepat dalam mendeteksi tingkat kemasakan benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan perlunya pencarian indikator kuantitatif lain yang didasarkan proses biokimia untuk mendeteksi Vigor biokimiawi (Vbiok.). Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat kemasakan benih ialah melihat kandungan klorofil dan karotenoid dalam benih yang berhubungan dengan perubahan warna pada buah pada setiap fase kemasakan buah.Karoten dan klorofil berfungsi dalam membantu proses penyerapan cahaya pada proses fotosintesis, (Jelink 1998)

1.2  Tujuan Praktikum
Praktikum ini memiliki berbagai tujuan, adapun tujuanya yaitu :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya tanaman terong
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan tanaman terong secara langsung
3.      Agar mahasiswa mengetahui hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang tanaman terong
1.3    Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa dapat memahami teknik budidaya tanaman terong
2.      Mahasiswa dapat mengetahui petumbuhan tanaman terong dari hasil pengamatan per minggu
3.      Mahasiswa dapat mengetahui hama dan penyalit apa saja yang menyerang tanaman terong.






II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Botani
Terong merupakan tanaman jenis perdu yang umumnya setahun (annual). Terong yang merupakan famili solanaceae atau nama latinnya solanum melongena. tingginya mencapai 60-90 meter. Buahnya biasanya dijadikan sayur-sayuran yang bernilai gizi tinggi. Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri mengandung banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu boleh dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung alkaloid nikotin. Ini tidaklah mengherankan karena terong adalah saudara dekat tembakau.
Asal-usul budidayanya berada di bagian selatan dan timur Asia sejak zaman prasejarah, tetapi baru dikenal di dunia Barat tidak lebih awal dari sekitar tahun 1500. Buahnya mempunyai berbagai warna, terutama ungu, hijau, dan putih. Catatan tertulis yang pertama tentang terung dijumpai dalam Qí mín yào shù, sebuah karya pertanian Tiongkok kuno yang ditulis pada tahun 544[4]. Banyaknya nama bahasa Arab dan Afrika Utara untuk terong serta kurangnya nama Yunani dan Romawi menunjukkan bahwa pohon ini dibawa masuk ke dunia Barat melewati kawasan Laut Tengah oleh bangsa Arab pada awal Abad Pertengahan. Nama ilmiahnya, Solanum melongena, berasal dari istilah Arab abad ke-16 untuk sejenis tanaman terung (Supianto, 2002).
2.2  Morfologi
1 ) Daun
Daun berbentuk bulat telur, elips,atau memanjang, memiliki permukaan yang cukup luas  (3-15 cm x 2-9 cm), bentuk helaiannya menyerupai  telinga, letak helaian daun- daunnya tersebar pada  cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut  tipis yang masing-masing  berbentuk bintang berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang bersar sering terdapat duri tempel.
2) Batang
Batang tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk bulat, berwarna keunguan, umumnya ditutupi rambut tipis berbentuk bintang berwarna kelabu, ada yang memiliki duri tempel dan ada yang tidak memiliki.
3) Akar
Akar memiliki sistem perakaran tunggang, dengan akar samping yang dangkal. berwarna putih kecoklatan.
4) Bunga
Bunga merupakan bunga majemuk dan sempurna, tumbuh pada cabang batang secara berseling, panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima dan berambut, tabung kelopak berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm, mahkotanya berwarna ungu dan berjumlah lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sarinya berwarna kuning, tergolong dalam bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus) : pada bunga terdapat benang sari maupun putik, kelopak yang tetap berkembang (ikut) menjadi bagian buah. Tanaman terung mulai berbunga umur ± 2 bulan dan buah dipanen sekitar umur 3 – 4 bulan.
5) Buah
Buah berbentuk buni atau bulat memanjang, panjang tangkainya kurang lebih 3 cm, diameter buah 3 cm, buahnya berwarna ungu atau kuning.
6) Biji
Biji berbentuk bulat pipih dan berlendir jika masih basah, berwarna kuning kecoklatan jika telah di keringkan.

2.3  Taksonomi
Tanaman terong pada umumnya memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Kelas           Magnoliopsida, Sub Kelas Asteridae, Ord Solanales, Famili Solanaceae, Genus      Solanum, Spesies Solanum melongena L.
2.4    Syarat Tumbuh
Tanaman terong ini memiliki ketentuan untuk dapat tumbuh normal dan berproduksi maksimal oleh karena itu beberapa syarat tumbuh yang harus terpenuhi seperti :
1)      Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
2)      Suhu udara 22 - 30o C
3)      Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dandrainase baik dan pH antara 6,8-7,3
4)      Sinar matahari harus cukup
5)      Cocok ditanam musim kemarau
2.5 Teknik Budidaya Tanaman Terong
1) Persemaian
Budidaya terong secara intensif dimulai dari persiapan media semai. Benih terong yang akan ditanam harus berasal dari benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal. Disaat kita melakukan pemeraman benih terong dengan kertas basah maupun handuk lembab selama 24 jam, kita mempersiapkan media semai yang terdiri dari campuran tanah dan pukan (pupuk kandang) dengan perban-dingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif metalaksil (Saromyl 35 SD) sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm.
2) Pembibitan
a.       Rendamlah benih dalam air hangat kuku selama 10 -15 menit
b.       Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga     nampak mulai berkecambah
c.        Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm
d.       Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan benih satu persatu    ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus.
e.        Tutup benih tersebut dengan tanah tipis
f.        Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/ penutup lainnya
g.        Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya
h.       Siram persemaian pagi dan sore hari ( perhatikan kelembabannya )
i.         Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan semprot dengan    pestisida
j.         Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan
3) Persiapan Lahan
Persiapan lahan tanaman terong dilakukan dengan cara menyiapan polybag dengan mengisi polybag dengan menggunakan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah dan topsoil, yang bertujuan agar tanaman cepat berkembang serta menjaga tetap tersedianya kandungan unsure hara dalam media tanam terong.
4) Penanaman
Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terong yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 lembar helai daun sempurna atau mencapai tinggi ± 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal. Adapun waktu penanaman adalah sebagai berikut :
a.       Waktu tanam yang baik musim kering, dan air tersedia
b.      Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal
c.       Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan
d.      Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup basah (lembab)
5) Pengairan
Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb/ direndam beberapa jam atau disiram dengan gembor. Jika di leb / direndam biasanya 3-4 hari tanah tetap basah, tetapi hal ini tergantung pada struktur dan tekstur tanahnya, jika tanahnya banyak mengandung pasir maka tanah akan cepat kering.
6)      Penyulaman
a.       Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit
b.      Penyulaman maksimal umur 15 hari
7)      Penyiangan
a.       Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut
b.      Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75 hari setelah tanam
8)      Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu membutuhkan suplai air dan unsur hara yang cukup sehingga penyiraman yang teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan. Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah tanam. Sedangkan pupuk susulan diberikan pada tanaman umur 21 hst antara lain ZA dosis 2.5 – 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 – 3 gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur 50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per tanaman. Pemupukan ke – IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram. Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan ham atau penyakit yang menyerang . Sedangkan konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan sisesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan.


2.6 Pengendalian Hama Penyakit  Terong
1)      Hama Tanaman Terong
a.       Oteng oteng (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah, Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun
 dan tinggal tulang-tulang daun saja. Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, jika jika diperlukan lakukan penyemprotan dengan Insektisida adapun merek bermacam-macam dapat di tanyakan ke toko pertanian terdekat.
b.      Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda, akibatnya daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung Aphis spp sebagai vektor atau perantara virus Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, jika populasi Aphis banyak dapat di gunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Contak ” , tetapi disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik ” Jika ingin lebih aman gunakan Insektisida botani ‘ misalnya menggungkan Ekstrak Bawang putih, Aroma bawang putih tidak disukai oleh Aphis, tetapi penyemprotan ke-2 dst tidak terlalu berpengaruh terhadap Aphis.
c.       Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun, disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik “
d.      Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari. Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, pada siang hari ulat bersembunyi, sehingga sangat sulit menemukan ulat Agritus ipsilon pada siang hari. Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, Lakukan penyemprotan dengan insektisida pada sore ( 17.00 ) atau pagi kurang dari 05.00, gunakan insektisida dengan tipe ” Racun perut “, jika menggukanan racun kontak semprot pada malam hari ketika ulat mulai muncul, tetapi perlu di pertimbangkan penyemprotan pada malam hari akan terkendala oleh penerangan.

e.       Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag. Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang. Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, mengumpulkan ulat, jika perlu gunakan Insektisida
2)      Penyakit Tanaman Terong
a.       Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak, Sebenarnya serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti p
Pembuluh Xylem / pembuluh angkut, tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik.Pengendaliannya : Atur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu lembab. Lakukan pergiliran tanaman, jangan menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau dll karena akan memperparah serangan. Gunakan Bakterisida (kartika, 2011).
b.      Busuk Buah
Penyebab jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk. Pengendalian gunakan Fungisida
c.       Bercak Daun
Penyebab jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
d.      Antraknose
Penyebab jamur Gloesporium melongena Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam
e.       Busuk Leher akar
Penyebab Sclerotium rolfsii Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat
2.7 Panen
Panen pertama terong dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 hst atau sekitar 15 – 18 hst setelah munculnya bunga. Kriteria panen buah terong layak panen adalah daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Sedangkan untuk terong jenis bulat kecil panen buah dapat dilakukan pada umur 10-15 hari setelah muncul bunga dengan ciri : buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging masih putih bersih. Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya produksi mulai menurun baik kwalitas maupun kwantitasnya (Supiadi, 2002).
2.8 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau dan kotoran hewan yang memiliki kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik akan tersedia setelah sisa bahan tanaman dan kotoran hewan tersebut mengalami proses pembususkan oleh mikroorganisme. Bukan hanya pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman tapi pupuk organik juga dapat diberikan pada tanaman. Macam macam pupuk organik sebagai berikut :
1.      Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat atau berasal sisa-sisa pembusukan tanaman. Pupuk kompos berfungsi asupan unsur hara dalam proses perbaikan struktur tanah.

2.      Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk hijau memiliki C/N rendah sehingga dapat cepat terurai bagi kebutuhan tanaman. Pupuk hijau termasuk sumber Nitrogen yang cukup baik untuk daerah tropis dan sebagai penambah unsur mikro sekaligus perbaikan struktur tanah.
3.      Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara rata-rata pada pupuk kandang sekitar 55% N, 25% P2O5 dan 5% K2O, hal itu tergantung pada jenis hewan serta bahan makanannya. Semakin lama pupuk kandang ini terjadi pembusukan maka makin rendah perimbangan C/N nya
2.9 Pupuk Urea
Pupuk Urea merupakan pupuk kimia yang mengandung unsure nitrogen (N) dengan kadar yang tinggi. Sedangkan unsure nitrogen ini sendiri merupkan zat hara yang sangat di butuhkan oleh tanaman. Pupuk urea ini dapat digunkan oleh para petani maupun perkebunan. Adapun cirri-ciri dari pupuk urea ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengandung kadar nitrogen (N) yang sangat tinggi.
2.      Memiliki bentuk seperti Kristal dan bewarna putih
3.      Mempunyai rumus kimia yaitu NH2CONH2.
4.      Sangat mudah larut dalam air dan sifatnya mudah menghisap air
Adapun manfaat dari pupuk urea ini adalah sebagai berikut :
1.      Berfungsi untuk membuat daun tanaman lebih hijau dan segar, serta banyak mengandung butir hijau daun.
2.      Berfungsi untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman.
3.      Dapat menambah kandungan protein dalam tanaman.
4.      Dapat digunakan untuk semua jenis tanaman,baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.







III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum mata kuliah hama penyakit tanaman ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 24 Februari 2017 sampai dengan selesai. Yang bertempat dibelakang gedung Agroteknologi STIPER Kutai Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang dugunakan dalam acara praktikum mata kuliah Hama Penyakit Tanaman adalah Parang, Cangkul, Kamera, mistar, Alat Tulis dan alat semprot.
3.2.2 Bahan
Kemudian bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dalah Polybag, Bibit tanaman terong ungu, Media tanam berupa tanah topsoil, pupuk kandang dan herbisida Gramaxon
3.3 Prosedur kerja
1. Lakukan pembersihan lahan pada area yang akan digunakan untuk praktikum
2. Siapkan bibit terong dengan cara pembibitan
3. Siapkan media tanam yang berupa polybag yang diisi dengan tanah topsoil
4. Melakukan penanaman bibit terong pada polybag
5. Perawatan berupa penyiraman, penyulaman serta pemupukan
6. pengamatan yang dilakukan setiap satu mingggu sekali dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun
3.4 Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman
Untuk pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan rotasi waktu selama seminggu dengan menggunakan alat ukur penggaris.
2. Jumlah daun
            Jumlah daun dihitung dengan waktu seminggu sekali perhitunganya dilakukan secara manual.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2.1 Data Hasil Pengukuran
Data yang diambil berdasarkan pengukuran dengan rotasi pengukuran seminggu sekali dapat di lihat pada tabel berikut ini :
1.      Tinggi Tanaman
Tanaman
sampel
Tinggi Tanaman (cm)
MST 1
MST 2
MST 3
1
7 cm
9 cm
20 cm
2
5 cm
7 cm
19 cm
3
3 cm
5 cm
17 cm






2. JumlaH Daun
Tanaman sampel
Jumlah Daun (helai)
MST 1
MST 2
MST 3
1
8 helai
8 helai
13 helai
2
7 helai
7 helai
12 helai
3
5 helai
5 helai
10 helai
Tabel 2. Jumlah Daun

4.2.2 Pembahasan Tinggi dan Jumlah Daun tanaman
          Hasil pengukuran tanaman terong pada saat praktikum yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada minggu pertama yaitu tanaman satu 7 cm dengan jumlah daun 8 helai. Kedua 5 cm dengan jumlah daun 7 helai dan ketiga 3 cm dengan jumlah daun 5 helai. Pada minggu kedua tinggi tanaman pertama yaitu 9 cm dengan jumlah daun 8 helai. Kedua 7 cm dengan jumlah daun 7 helai dan ketiga 5 cm dengan jumlah daun 5 helai. Untuk pengukuran minggu ketiga tinggi tanaman pertama yaitu 20 cm dengan jumlah daun 13 helai, tanaman kedua 19 cm dengan jumlah daun 12 helai dan tanaman ketiga 17 cm dan jumlah daun 10 helai.
          Berdasarkan hasil pengukuran sampel tanaman pertama mempunyai tingkat pertumbuhan yang bagus sedangkan sampel tanaman ketiga dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah daun pertumbuhanya kurang normal. Dari perbedaan tinggi dan jumlah daun alasanya yaitu kurangnya perawatan saat praktikum baik dalam pemeliharaan maupun pemberian pupuk serta kurangnya penyiraman. Sehingga ketiga sampel tanaman tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang seragam. Karena untuk dapat tumbuh secara normal tanaman terong perlu asupan unsure hara dan jumlah air yang seimbang, untuk dapat tumbuh dan berproduksi tepat pada waktunya
NO
Hama dan penyakit yang menyerang
Keterangan
1
Ulat daun

Hama ini menyerang tanaman pada bagian daun dengan cirri ciri daun menjadi berlubang
2
Oteng-oteng

Gejalanya yaitu daun berlubang
3
Kutu kebul

Bergerombol pada daun muda dan tua sehingga menyebabkan daun mengkerut dan kriting
4
Semut

Bergerombol pada bagian batang
5
Busuk batang

Bagian batang berwarna coklat dan membusuk

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diambil dapat kita bahas hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman budidaya terong adapun hama seperti :
1.      Ulat daun
Klasifikasi ulat daun yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Lepidoptera, Famili Hesperiidae, Nama umum Erionota thrax (Linnaeus, 1767)
Dengan morfologi Pupa berwarna coklat terang berkilauan atau coklat gelap. Pupa dibentuk di permukaan bawah tanah dengan kokon terbuat dari tanah. Fase pupa adalah 5 – 6 hari. Daur hidup A. ipsilon dari telur sampai dewasa adalah 36 – 42 hari. Lamanya daur hidup tergantung pada tinggi rendahnya suhu udara. 
Gejala serangan jenis hama ini bila menyerang gajala terlihat pada daun yang muda dan juga tua, hingga berlubang, tidak beraturan dan juga permukaan daun abnormal.untuk mengendalikan serangan ulat daun dapat dilakukan pengendalian seperti pembersihan pada tempat sekitar tanaman terong agar ulat tidak dapat bersembunyi dan berkembang biak. Adapula pengendalian dengan penyemprotan bias digunakan pestisida nabati maupun kimia yang di semprotkan pada tanaman (Santoso, 1991).
2.      Kutu kebul (bemisia tabaci)
Klasifikasi kutu kebul seperti Kingdom animalia, Divisi Anthropoda, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Famili Aleyrodidae, Genus Bemisia, Spesies Bemisia tabaci.
Dengan morfologi serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ukran tubuhnya berkisar 1-1,5 mm. Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung selama 6 hari. Serangga muda yang baru keluar dari telur berwarna putih pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hany instar satu yang kakinya berfungsi, sedangkan instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa petumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7 mm. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah. 
Gejala awal dari serangan hama pengorok daun adalah adanya bintik berwarna putih pada daun. Setelah beberapa hari dimulai dari bintik putih tadi akan terbentuk garis putih yang berkelok-kelok pada daun. Semakin hari garis-garis tersebut semakin banyak dan semakin panjang sehingga warna daun menjadi keputih-putihan dan akhirnya daun mengering dan mati.
Oteng-oteng dikenal juga sebagai kumbang daun karena merusak daun tanaman (khususnya daun muda) dan kadang-kadang merusak bunga dengan cara memakannya. Warnanya kuning kecoklat-coklatan. Bekas gigitannya membentuk lingkaran (Santoso, 1991).
3.      Oteng oteng (Aulocophora Similis)
Sistematika kingdom animalia, phylum arthropoda, class insecta, ordo coleoptera, family chrysomelidae, genus aulocophora, species aulocophora similis oliver (anonim, 2009)
Morfologi telur dari serangga ini biasanya diletakkan di dalam tanah atau di daun, telur berbentuk bolat lonjong berwarna putih. larvanya umumnya berwarna abu-abu kehitaman, agak gemuk dan memiliki duru-duri dipermukaan tubuhnya. banyak dijumpai di areal budidaya, larvanya ada yang hidup di tanah. serangga ini membentuk pupa di permukaan tanah. serangga imagonya memiliki tubuh yang relative kecil, pendek, dan gemuk. memiliki warna yang cerah dan mengkilap polos. kepalanya tidak memenjang menjadi suatu moncong, ujung abdomennya tertutup elytra. antena pendek, kurang dari setengah panjang tubuhnya. imagonya sering menjatuhkan diri dari tanaman dan seolah-olah mati bila ada yang mengganggu.
Hama yang satu ini menyerang daun muda hingga batang muda mengakibatkan tanaman merangas dengan menyisakan tulang daun, Tanaman yang terserang bisa mati hama tersebut memakan habis daun dan hanya tersisa tulang daunnya saja. Serangan berat terjadi pada tanaman muda, sejak tanaman tumbuh hingga usia sekitar 3 minggu. Tanaman dewasa kurang disukai hama ini. jika tidak segera dikendalikan, Hama oteng-oteng menyerang tanaman sejak berbentuk larva. Larva oteng-oteng menyerang akar dengan memakannya hingga tanaman menjadi layu dan akhirnya mati (Prayogo, 2006).
4.      Semut
Semut memiliki klasifikasi sebagai berikutkerajaan animalia, filum artropoda, kelas insekta, ordo hymenoptera, upaordo apokrita, superfaili vespoidea, famili formicidae
Morfologi semut memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud). eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. aorta punggung yang fungsinya mirip dengan jantung.  sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Hama semut biasanya menyerang pada bagian batang terong dengan cara bergerombol sehingga pada bagian batang tanaman akan berwarna coklat kehitan hitaman dan kemudian layu. (Riyanto, 1991).
5.      Busuk Batang
Busuk batang pada tanaman terong ini ditandai dengan munculnya warna kecoklat coklatan yang kemudian berubah warna hitam dan apabila tidak ditindak lanjuti maka tanaman yang terserang dengan penyakit busuk batang ini lama kelamaan akan mati. Penyakit ini bias disebabkan pleh bakteri yang suka dengan daerah yang lembab oleh karena itu kita perlu melakukan pengaturan air guna untuk mencegah timbulnya penyakit ini (Supianto, 2002).





V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan praktikum mata kuliah Hama Penyakit Tanaman adalah sebagai berikut :
1.      Dalam teknik budidaya tanaman terong sebaiknya dilakukan perawatan yang intensif agar didapat hasil pertumbuhan dan produksi yang maksimal.
2.      Kondisi lingkungan seperti kebutuhan air dan kebersihan sekitar tanaman sangat berperan penting baik dari pertumbuhan tanaman maupun perkembangan serta serangan Hama Penyakit pada Tanaman budidaya terong
3.      Untuk pengendalian atau pencegahan sebaiknya dilakukan dengan cara yang organic atau alami guna untuk menjaga keamanan konsumsi maupun untuk turut serta menjaga dari tercemarnya lingkungan kita.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dengan teliti dan serius agar didapat hasil yang diinginkan.
2.      Untuk penggunaan herbisida sebaiknya dilakukan dengan hati hati.

3.      Diharapkan untuk saling mengutamakan kerja sama sesama kelompok agar mempermudah dalam praktikum



Posting Komentar