LAPORAN
PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN KARET
OLEH
:
AJI
WICAKSANA
13542111000858
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH
TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR
SANGATTA
2016
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Karet merupakan salah
satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan
kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah
sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun
sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia,
Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas,
terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional
dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah
(crumb rubber).
Rendahnya produktivitas
kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak
produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang
menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet
rakyat dan pengembangan industri hilir. Kondisi agribisnis karet saat ini
menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan
swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu
1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun
0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada
perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak
produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.
Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan.
Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima
tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri
pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet
lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi
belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut. Tujuan
pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan
menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai
tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025)
adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk
industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th
dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%);
(d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari
harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka
menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10%
di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi
800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon
unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga
75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di
sentrasentra produksi karet.
1.2 Tujuan Praktikum
1
Mahasiswa dapat mengerti cara membudidayakan
tanaman karet sampai dengan proses panen dan pasca panen.
2
Mahasiswa dapat memenuhi tugas akhir
mata kuliah budidaya tanaman karet
1.3 Manfaat Praktikum
1
Menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa khususnya dalam budidaya tanaman karet pada umumnya
2
Mengatahui kegiatan-kegiatan yang ada
pada perkebunan tanaman karet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan salah
satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber
devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh
sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001). Tanaman karet (Hevea
brasilliensis) telah dikenal orang semenjak abad ke-15 setelah colombus
menemukan Benua Amerika. Tanaman ini termasuk dalam family Euphorbiaccae
(Purseglove, 1984). Dikjim and Wehlburg (1970) menyatakan bahwa tanaman karet
merupakan tanaman tahunan yang bercabang banyak,berdaun lebar,dan tergolong
trifoliolate artinnya mempunyai tiga helai daun,dan tingginya dapat mencapai 15
sampai 26 meter.
2.2 Klasifikasi
dan Morfologi tanaman karet
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani
tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus :
Hevea
Spesies :
Hevea braziliensis Muell. Arg
Tanaman
karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan
demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung
getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman
terlukai (Santosa, 2007). Menurut Iskandar (1984) bahwa tanaman karet dapat
diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Tetapi perbanyakan dengan
biji mempunyai kelemahan antara sifat keturunan yang dihasilkan tidak sama
dengan induk, namun perbanyakan dengan biji bagi tanaman karet diperlukan untuk
penggandaan batang bawah. Untuk mendapatkan keseragaman dan mempertahan kan
sifat yang baik dari pohon induk, tanaman karet
diperbanyak secara vegetatif (Harahap, 1972). Dari beberapa cara perbanyakan
vegetatif dari tanaman karet yang umum digunakan perkebunan- perkebunan besar
di Indonesia (Iskandar, 1984). Karena memberikan pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji (Darjanto,1975).
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar
3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa
kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Pujiatno,
2003).
Sesuai dengan sifat
dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu dengan
bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995). Bunga
pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh.
Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga
terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan
besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanyA (Santosa,
2007). Biji
karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga
kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
2.3 Syarat
Tumbuh Tanaman Karet
1
Iklim
Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C
dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan
intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
2
Curah
Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan
optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara
100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
3
Ketinggi
Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh
optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.
Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman
karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
4
Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet
yang berasal dari klon-klon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada
tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut
sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang
baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam
mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya
trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain
dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar
lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin
(Deptan. 2006.).
5
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan
tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan
dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan
pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup
baik terutama struktur,btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan
drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya
terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,
0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
a.
Sulum
tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
b.
Tekstur
tanah remah, poreus dan dapat menahan air
c.
Struktur
terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
d.
Kandungan
hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
e.
Reaksi
tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
f.
Kemiringan
tanah < 16% dan
g.
Permukaan
air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).
III.
METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum
mata kuliah budidaya tanaman karet adalah pada hari kamis, tanggal 26 mei 2016.
Yang beralamat didesa makarti, perangat selatan kecamatan Marang Kayu
3.2 Alat dan Bahan
1.
Alat tulis
2.
Kamera
3.
Informasi diarea kebun karet
3.2 Langkah kerja
1.
Siapkan alat tulis
2.
Mengamati ,mencatat dan dokumentasi informasi
dan kegiatan pada saat melaksanakan praktikup pada areal perkebunan karet.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
dan Pembahasan praktikum
Adapun hasil dari
kegiatan praktikum mata kuliah budidaya tanaman karet adalah sebagai berikut :
4.1.1
Persiapan lahan penanaman
Dalam mempersiapkan
lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang
secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan.
Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
1 Pemberantasan Alang-alang dan Gulma
lainnya
Pada lahan yang telah
selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang,
dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain
Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan
pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
2 Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi
biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem
minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan
cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis
untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan
kesuburan tanah.
3 Pembuatan teras/Petakan dan
Benteng/Piket
Pada areal lahan yang
memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan
sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk
menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara
1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.
4 Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk
tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar
dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil)
diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di
sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet
ditanam
4.1.2
Seleksi
dan Penanaman Bibit
1. Seleksi
bibit
Sebelum bibit ditanam,
terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang
memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif
terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun
dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
a. Bibit
karet di polybag yang sudah berpayung dua
b. Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai
bertunas
c. Akar
tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
d. Bebas
dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih)
2. Kebutuhan
bibit
Dengan jarak tanam 7 m
x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman
sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga
untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
3. Penanaman
Pada umumnya penanaman
karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan
September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan
telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang
dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang,
disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP – 36 sebesar 100 gram sebagai
pupuk dasar.
4.1.3 Pemeliharaan
Tanaman Karet
Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan
dan pemberantasan penyakit tanaman (Deptan, 2006).
1.
Pengendalian Gulma
Areal pertanaman karet,
baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)
harus bebas dari gulma seperti alang alang,Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Maryadi, 2005).
2.
Program Pemupukan
Selain pupuk dasar yang
telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan
pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali
pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum
pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.
Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak
200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2)
apabila pertumbuhannya kurang baik (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
3 Pemberantasan Penyakit Tanaman
Penyakit karet sering
menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya
tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya
yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah
pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat
penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan
di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai
kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum
ditemukan pada perkebunan adalah :
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus
microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur
Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan
kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi
atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting
menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal.
Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak
tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna
jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman
sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung
melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau
perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa
akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya
dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan
dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu
serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara
penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan :
Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman :
Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton
250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Vectra 100 SC.
Penaburan :
Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
b. Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel
Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan
kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini
tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu
sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks
ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak
mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu
saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang
kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk
gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang
seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau
sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya
pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan
mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering
alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila
terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai
10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2
menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan
untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai
pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan
perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3
ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25
EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang
penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di
panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).
Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon
yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat
pemulihan kulit (Aidi dan Daslin, 1995).
4.1.4 Kriteria Bidang
Sadap
Tanaman karet siap sadap
bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu
diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan
tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur
dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm
diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan
tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah
berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi
lateksnya (Santosa, 2007). Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat
dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Penyadapan
dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan
menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan
kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka
diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm
sebelum kambium (Radjam, 2009). Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu
dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal
dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan
menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan.
Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah..
Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu
lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam
mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah
dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus
ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
4.1.5 Waktu Penyadapan
Waktu penyadapan yang
baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya Jumlah lateks yang
keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel Tekanan
turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari
sudah cukup terang (Nazaruddin dan Paimin, 1998). Tanda-tanda kebun mulai
disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah
mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari
atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau
S2-D3 hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu,
pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi
sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang
sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut
di atas tiba (Anwar, 2001).
4.1.6 Bagian-Bagian
Tanaman Karet Yang Disadap
Tanaman karet siap sadap
bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu
diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan
tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur
dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm
diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan
tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah
berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi
lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil
sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon
karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan
terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat
kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem)
akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu
dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal
dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan
menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan.
Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah..
Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu
lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam
mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah
dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus
ke bawah yang ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).
4.1.7 Pemulihan Bidang
Sadap
Lateks adalah getah
seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika terkena udara. Ini
merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula,
minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna
putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh
hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar
diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap
memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar tanaman dapat berproduksi secara
optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar, 1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi,
hal yang sangat mendasar adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang
sadap dapat kembali pulih tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya.
Menghindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap
adalahsalah satu cara agar bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang
mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat
pemulihan kulit (Santosa, 2007 ).
Memperistirahtkan tanaman dalam waktu tertentu
juga merupakan konsep pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan
mengoptimalakan kembali bagian-bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan.
Begitu juga dengan pemberian unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri
sehingga pertumbuhanya akan lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang
disadap (Nazaruddin dan Paimin, 1998).
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum di atas dapat di
tarik kesimpulan bahwa Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting,
baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong
pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet
maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Oleh karena itu didalam
budidaya masyarakat perlu mendapat
dukungan penuh agar hasil dari lateks kita dapat memenuhi kebutuhan pasar
dunia.
5.2 Saran
1. Dalam
melakukan praktikum sebaiknya mendapatkan pengawasan yang lebih karena kondisi
lingkungan yang kurang mendukung.
2. Sebaiknya
lebih mengutamakan kekompakan sesame angkatan.
3. Lebih
berhati-hati agar praktikum berjalan maksimal.